Snippet

Tipografi
Tipografi adalah seni merancang huruf, kata, paragraf, dan bagaimana mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Salah satu pengetahuan di bidang tipografi adalah anatomi huruf. Anatomi huruf ialah bagian-bagian penyusun huruf. Setiap jenis font memiliki anatominya masing-masing dan tentunya ini akan memiliki dampak psikologis dan komunikasi yang berbeda-beda pula bagi pembacanya. Setiap aspek pembentuk anatomi font juga menentukan karakter dari font. (Joddie, 2010).
Dalam desain komunikasi visual, tipografi dikatakan sebagai visual language, yang berarti bahasa yang dapat dilihat. Tipografi adalah salah satu sarana untuk menterjemahkan kata-kata yang terucap ke halaman yang dapat dibaca (Hyuga, 2011).
Tipografi bisa menjadi fokus ide awal komunikasi grafika dengan huruf dijadikan sebagai alat visualisasi yang efektif. Huruf yang artistik dapat memperkuat pesan dan kesan dengan segala kemungkinan pendekorasian. Hal yang perlu diingat ialah bahwa hasil komunikasi grafis secara keseluruhan bisa menjadi tidak maksimal karena ketidakpastian desainer terhadap tipografi.
Anatomi Huruf

Setiap bentuk huruf memiliki keunikan fisik yang dapat membedakan antara huruf satu dengan huruf yang lainnya. Korelasi komponen visual satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan. Mengenal dan memahami anatomi huruf dapat menjadi langkah awal mempelajari tipografi.
Setiap huruf memiliki organ atau komponen visual, sebagaimana dikenal ada 25 huruf mulai dari A-Z, yang mempunyai anatomi berbeda satu sama lain, baik tinggi, lebar maupun tebal tipisnya. Huruf dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu huruf besar (upper case atau capital letter) dan huruf kecil (lower case). Huruf juga dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu huruf berkait (serif), huruf tak berkait (sanserif) dan huruf latin (script) (Pujiriyanto, 2005:54).

Ditinjau dari sudut geometri, garis dasar yang mendominasi struktur huruf dibagi dalam 4 kelompok besar, yaitu :
1.      Kelompok garis tegak datar (E, F, H, I, L).
2.      Kelompok garis tegak miring (A, K, M, N, V, Z, X, Y, W).
3.      Kelompok garis tegak lengkung (B, D, G, J, P, R, U).
4.      Kelompok garis lengkung (C, O, Q, S).
Ditinjau hukum persepsi teori Gestalt, huruf memiliki dua ruang dasar, yaitu figure dan ground. Ruang negatif dari seluruh huruf dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1.      Ruang negatif bersudut lengkung (B, C, D, T, G, O, P, Q, R, S, U).
2.      Ruang negatif bersudut persegi empat (E, F, H, I, L, T).
3.      Ruang negatif bersudut persegi tiga (A, K, M, N, V, W, X, Y, Z).
Huruf juga dapat dikelompokkan menjadi lima tipe, yaitu :
1.      Huruf Tak Berkait (sans serif)
Bentuk huruf yang tidak memiliki kait, bertangkai tebal, sederhana, dan lebih mudah dibaca. Ciri lain jenis huruf ini adalah tidak memiliki stroke (garis-garis yang membentuk suatu huruf). Ujungnya bisa berbentuk tumpul atau tajam. Sifat huruf ini kurang formal, lebih hangat dan bersahabat. Sans-serif sangat cocok untuk screen-font (untuk tampilan di layar monitor) karena tajam dan gampang dibaca. Bentuk huruf sans-serif yang paling populer adalah Helvetica dan Arial.
AaDd
2.  Huruf Berkait (serif)
Bentuk huruf yang memiliki kait, dengan ketebalan yang kontras. Jenis huruf ini (typefaces) dengan stroke menghiasi jenis huruf ini. Jenis ini merupakan huruf yang formal. Serif mengekspresikan organisasi dan intelektualitas. Sangat anggun dan konservatif. Contoh paling umum adalah Times.

Jenis-jJenis serif
Serif tiap jenis huruf pun dapat berbeda-beda. Huruf-huruf masa lama (Old Style) seperti Garamond dan huruf-huruf masa transisi (Transitional) seperti Times New Roman misalnya, memiliki tangkai yang sudutnya lengkung. Sementara pada huruf-huruf masa modern seperti Bodoni, tangkainya bersudut siku. Ada lagi yang bersudut siku pula, tapi relatif tebal/tinggi. Contohnya Egyptian. Tipe serif seperti Egyptian kadang disebut slab serif. Beberapa huruf unik tertentu memiliki tangkai serif negatif, yaitu tangkai yang masuk ke sisi dalam kaki sehingga ujung kaki nampak lebih kecil dari batang kakinya (Hyuga, 2011).
Times New Roman
3.      Huruf Tulis atau Latin (script)
Bentuk huruf yang ditulis dengan tangan, kontras tebal dan tipisnya sedikit, saling berhubungan dan mengalir. Bentuk huruf yang menyerupai tulisan tangan. Jenis huruf ini juga sering disebut Kursif (cursive). Memberikan kesan anggun, sophistication, dan sentuhan pribadi.
Tipografi
4.      Dekoratif (decorative)
Bentuk huruf yang sangat rumit desainnya. Bentuk huruf ini akan sangat memusingkan jika dipakai sebagai body text, dan hanya cocok untuk dipakai (secara terbatas) untuk headline. Font decorative bisa membuat efek respons yang berbeda. Jenis decorative biasanya paling cocok digunakan untuk judul, dan lebih baik jangan digunakan sebagai body text atau body copy.
AaBb

5.      Monospace
Setiap huruf yang berjenis monospace mempunyai jarak atau lebar yang sama setiap hurufnya. Huruf W dan I mempunyai ruang yang sama. Contoh huruf monospace adalah Courier. Huruf pada mesin ketik juga merupakan contoh huruf monospace. Jenis monospace banyak digunakan oleh programmer untuk coding dan juga untuk preformatted text.
ABCabc
Pengukuran Ruang Tipografi dan Spasi Huruf
Tiga dasar pengukuran dalam tipografi adalah point (pt) untuk mengukur tinggi huruf, pica untuk mengukur panjang baris, dan unit untuk  pengukuran dari lebar per satuan huruf serta jarak antar huruf. Perhitungan unit banyak digunakan dalam teknologi phototypesetting dan digital composition untuk mendapatkan hasil cetak yang tajam dan presisi.
1.      Jarak Antarhuruf
Pengukuran jarak antarhuruf (kerning) dalam phototypesetting dan digital composition dihitung dengan sistem unit. Sistem ini tidak memiliki acuan pengukuran yang tetap, artinya unit memiliki nilai yang berbeda-beda, bergantung pada sistem yang digunakan.
Salah satu hal yang menentukan tingkat keterbacaan dalam susunan huruf menjadi suatu kata, dari kata menjadi kalimat, jarak antara huruf yang satu dengan lainnya merupakan faktor penting. Jenis huruf yang saling berdekatan, penentuan spasinya harus dipertimbangkan.
2.      Jarak Antarkata
Teknik tradisional yang digunakan untuk pengukuran ruang jarak antarkata adalah penyisipan potongan metal yang diletakkan di antara huruf yang satu dan yang lain. Potongan metal ini disebut quad. Sebuah quad berbentuk persegi empat yang merupakan kotak sebesar ukuran huruf. Quad memiliki satuan yang disebut sebagai em.
3.      Jarak Antarbaris
Pengukuran leading menggunakan metal yang disisipkan di antara baris. Besar kecilnya nilai leading tidak berpengaruh kepada besar kecil huruf, namun mempengaruhi kerapatan antarbaris (grayness).
Karakteristik Huruf
Karakteristik huruf merupakan watak atau kekhasan huruf dari A-Z. Huruf dapat dikembangkan, berakar pada bentuk dasarnya (reguler) tetapi tetap memiliki kesinambungan bentuk. Pengembangan sebenarnya dapat menimbulkan perbedaan tampilan yang pada dasarnya dapat mengubah tiga dimensi, yaitu berat, proporsi, dan kemiringan.
v    Berat
Perubahan berat struktur bentuk dasar huruf terletak pada perbandingan antara tinggi huruf dengan lebar stroke. Dari beratnya, huruf dikelompokkan menjadi tiga, yaitu light, regular, dan bold.
v    Proporsi
Proporsi merupakan perbandingan antara huruf tercetak dengan lebar dari huruf itu sendiri. Pembagiannya adalah condensed, regular, dan extended.
v    Kemiringan
Sudut kemiringan huruf dari posisi semula (posisi vertikalnya) dikenal dengan istilah jenis huruf italic, untuk memberi penekanan terhadap kata penting maupun kata asing yang tidak terlalu panjang.
Pada waktu dua huruf atau lebih dikombinasikan maka akan menimbulkan kekontrasan akibat perbedaan tampilannya. Menurut Freddy Adiono (2000), kombinasi yang dapat menyebabkan kekontrasan adalah :
1.      Tebal-tipisnya huruf, menyangkut berat dan ringannya, tebal dan tipisnya, serta kesan kuat-lemahnya huruf.
2.      Besar-kecilnya huruf, terletak kepada besar kecil skala perbandingan ukuran dengan satu tipe keluarga huruf.
3.      Keras-lembutnya huruf, kekontrasan pada sensasi karena perbedaan tipe huruf.
4.      Lebar-sempitnya huruf, kekontrasan adalah ukuran horisontal huruf, jauh dekat, sempit ke lebar dan tinggi ke luas.
5.      Tegak-miringnya huruf, kekontrasan tetap dinamis, tegak lurus ke kaku dan berhenti menuju ke sesuatu.
6.      Padat konturnya huruf, kekontrasan berkait dengan penuh dan kosong, positif dan negatif, hitam ke putih, hidup dan mati.
7.      Padat bergeraknya huruf, menyangkut kekontrasan antara penuh dengan bagian-bagian, lengkap dan tidak lengkap, tenang dan kacau.
Selain itu masih ada seni lain di dalam  memodifikasi tampilan huruf. Huruf yang terdapat di dalam kalimat dapat disusun dengan rata kiri (left justification), rata kanan (flush justification), rata kiri dan kanan (justified), sumbu tengah (centered), mengarah ke dasar (concrete), tidak beraturan (asymmetric), garis bentuk (contour), arah keliling (round araund), bentuk (shape), tipe arah miring (inclined type), inisial (initial), dan tipe vertikal (vertikal type).

Daftar Pustaka
Akira, Hyuga. 2011. “Sejarah, Kajian & Klasifikasi Tipografi”. http://hyuga-akira.com diakses pada tanggal 28 Februari 2012.
Joddy. 2010. “Dasar-Dasar Tipografi dalam Web Design”. http://www.gravisware.com/tutorial/128-dasar-dasar-tipografi-dalam-web-design.html diakses pada tanggal 28 Februari 2012.
Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer. Yogyakarta : Penerbit ANDI



Tata Letak (Layout)
Memadukan unsur-unsur grafis merupakan sebuah seni tersendiri dalam menghasilkan media komunikasi visual yang komunikatif. Untuk menghasilkam media komunikasi visual yang komunikatif diperlukan sebuah pengorganisasian dan penataan yang tepat. Pengorganisasian dan penataan unsur grafis ini dilakukan berdasarkan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan tujuan dari pesan yang akan disampaikan. Dalam dunia grafis dikenal istilah Layout secara bahasa artinya adalah tata letak. Menurut salah satu teorinya, layout adalah usaha menyusun, menata atau memadukan unsur-unsur komunikasi grafis (teks, gambar, warna dan lain-lain) menjadi media komunikasi visual yang komunikatif, estetik dan menarik. Fungsi tata letak menurut Basuki dalam (Pujiriyanto, 2005:71) adalah untuk mencapai keharmonisan, nilai estetis, ekonomis, dan komunikatif”.
Basuki dalam (Pujiruyanto, 2005:72) membagi tahapan tata letak menjadi tiga, yaitu: 1) Membuat tata letak miniatur atau sketsa kecil (thumbnail), merupakan tahap perancangan dalam menentukan komposisi unsur-unsur yang akan ditempatkan, 2) Membuat tata letak kasar (abrupt lay out) merupakan tahapan rancangan yang sudah berwujud gambar dan teks, 3) Membuat tata letak komprehensif merupakan tahapan dimana unsur-unsur grafis sudah ditempatkan dengan benar dan siap untuk dicetak.
Peletakan setiap unsur tidak harus semuanya, yang terpenting adalah bagaimana format tata letak yang digunakan mampu mengorganisasikan unsur-unsur dengan baik, benar, dan komunikatif. Jenis tata letak yang umum digunakan adalah vertikal, horisontal, dan diagonal. Berikut ini contoh format tata letak dan karakteristiknya :
Format /
Menghasilkan ruang kosong terlalu banyak, kesannya sepi dan banyak informasi tidak termuat
Format \
Format L
Cukup dinamis, sirkulasi gerak cukup dan memiliki kesan pandangan terarah
Format L terbalik
Format Z
Cukup dinamis, sirkulasi gerak cukup, kesan pandangan sudah diarahkan.
Format Z terbalik
Format C
Menghasilkan keseimbangan dinamis dengan kesan pandangan terarah
Format C terbalik
Format 7
Menghasilkan sirkulasi ruang gerak cukup dengan kesan pandangan terarah
Format 7 terbalik
Format X
Menghasilkan efek padat, sempit, sirkulasi ruang kurang dan pandangan tidak terfokus


Kita dapat memilih format yang paling efektif dan sesuai dengan tujuan pembuatan media komunikasi visual. Peran desainer yaitu memilih dan menentukan format tata letak guna mengatasi persoalan-persoalan komunikasi produk dalam dunia bisnis, konsep-konsep pembelajaran dalam dunia pendidikan, gambar-gambar komunikatif untuk individu maupun organisasi.

Komposisi Tata Letak
Komposisi adalah usaha untuk mendapatkan keseimbangan bentuk dalam mengorganisasikan unsur-unsur terpenting dalam penciptaan karya seni dan atau komunikasi grafis yang harmonis, komunikatif, dan persuasif. Kaidah-kaidah komposisi yang harus diketahui :
1.      Proposisi (propotion), perbandingan ukuran yang digunakan untuk menentukan perbandingan yang tepat antara panjang dengan lebar antara gambar dengan bidang gambar.
2.      Keseimbangan (balance), kesamaan dari unsur-unsur tertentu yang berlawanan atau bertentangan.
3.      Irama atau ritme, adanya pengulangan dan gerakan yang bisa divisualisasikan dengan garis, tekstur, bidang, bentuk, maupun warna.
4.      Kesatuan (unity), seluruh unsur yang dipergunakan harus saling berhubungan dengan baik, mengandung makna dan menarik.
5.      Pusat perhatian (focus of interest), peletakan unsur yang menjadi perhatian utama atau paling dominan untuk disampaikan.
6.      Kontras (contras), perbedaan keadaan unsur-unsur atau antara organisasi unsur yang dapat dicapai dengan perbedaan tinggi-rendah, panas-dingn warna, termasuk cerah dan suramnya.
Selain kaidah-kaidah diatas, desainer perlu mempertimbangkan berat dan ringannya bidang. Keseimbangan bahkan dapat dicapai dengan bidang yang tidak selalu sama besarnya. Pembagian dapat saja berbeda tetapi keseimbangan masih mungkin didapatkan dari unsur lain, misalnya warna ataupun bentuk. Pembagian bidang yang sama terkadang bersifat kaku, statis, diam, tanpa irama, dengan nilai estetis yang rendah.


Tipe Layout Desain Web
Tata letak yang Anda pilih untuk website Anda adalah faktor yang menentukan bagaimana seimbang sebuah situs. Menempatkan elemen desain ringan dan berat dari suatu halaman web dengan benar adalah faktor utama dalam tata letak desain website. Sebuah situs web yang baik desain pedoman menawarkan perusahaan tentang bagaimana elemen-elemen yang berbeda pada sebuah website harus ditempatkan dan dalam format apa (Suadmin, 2010).
Pada dasarnya ada enam jenis tata letak desain website yang dapat diterapkan pada setiap halaman web. Biasanya pada website 3 dan lebih dari 3 jenis jenis tata letak digabungkan bersama-sama untuk menciptakan tata letak desain website yang sempurna. Berikut jenis layout dalam desain web:
1)      Tata letak simetris – Dalam simetri simetris tata letak dibentuk dari website dengan menempatkan pusat elemen yang berbeda sejajar atau salah satu sisi dari halaman web. Jika sisi kiri halaman berisi elemen desain berat, daripada keseimbangan dengan elemen desain yang sesuai di sisi kanan juga. Namun perlu pertimbangan bahwa elemen pada kedua belah pihak tidak boleh secara harfiah serupa. Simetri Lengkap dicapai ketika desain yang baik terpusat atau seragam dibagi secara horisontal dan vertikal. Jenis tata letak dapat dianggap salah satu formal dan seimbang.
2)      Tata letak asimetris – Sebagai istilah itu sendiri menunjukkan asimetris, unsur situs yang ditempatkan pada halaman web secara merata. Hal ini dapat di pusat, kiri atau kanan mana cara desainer suka untuk menempatkan elemen pada halaman. Layout asimetris yang dinamis dan dengan cara menghadap gerakan keseimbangan, ketegangan dapat dibuat, ekspresi juga dapat disampaikan kepada pengguna.
3)      Tata letak Isolative – Dalam tata letak isolative salah satu dari unsur-logo, simbol, gambar produk utama, gambar penting lainnya ditempatkan dalam ukuran yang lebih kecil pada halaman web. Hal ini dapat ditempatkan pada setiap ruang yang sesuai tergantung pada visibilitas dan faktor penggunaan.
4)      Tata letak dominatif – Berikut logo, simbol, gambar produk atau foto yang lain ditempatkan pada halaman web dalam ukuran diperbesar, sehingga faktor perhatian utama menarik.
5)      Tata letak radiasi – Isi situs web, gambar, simbol atau logo dapat disorot menggunakan sinar menarik atau efek berkedip, sehingga muncul sebagai bagian grabber perhatian dari halaman web.
6)      Tata letak Pengulangan – pengulangan Pada tata letak setiap elemen tunggal atau beberapa diulang dua kali atau lebih dari itu pada halaman web yang sama. Ini menekankan pada elemen tertentu yang perlu diulang untuk visibilitas lebih baik dan memegang kepentingan yang lebih besar.
   
Daftar Pustaka
Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer. Yogyakarta : Penerbit ANDI
Suadmin. 2010. “Aplikasi dan Tipe Layout Desain Website”. http://sumberdaya.web.id/2011/aplikasi-dan-tipe-layout-desain-website/ diakses tanggal 9 Maret 2012



WARNA SEBAGAI SALAH SATU UNSUR DESAIN 
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, salah satu hal yang terpenting sebagai wujud visualisasi adalah adanya warna. Kesan pertama yang tertangkap oleh mata adalah warna. Warna merupakan bagian dari kehidupan keseharian kita. Sulit dibayangkan jika di alam ini tidak adanya warna, karena salah satu persyaratan setiap benda baru berwujud dan dikenal jika ada dimensi warna pada permukaannya. Adapun yang berada di lingkungan kehidupan kita semua bentuk memiliki warna, baik warna alami maupun warna buatan sendiri. Mulai diri kita sendiri, dapat kita lihat : kulit, rambut, gigi, kuku, baju, sepatu; kemudian diluar diri kita dilingkungan yang paling kecil, misalnya kamar : tirai, dinding, tempat tidur, meja belajar dan sebagainya dimana masing-masing objek tersebut memiliki warna. Selain itu juga kita tidak dapat membedakan mangga yang matang dengan yang sudah ranum atau busuk tanpa adanya warna. Sifat warna dalam hal ini untuk memperjelas objek yang disajikan.
Menyadari kehadiran warna dalam kehidupan kita sehari-hari belumlah tentu kita mengetahui apa, dan bagaimana sebenarnya warna itu dan bagaimana kegunaan warna dalam kehidupan yang sangat kompleks ini.
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, disini penulis akan sedikit memberikan pengetahuan tentang teori persepsi manusia terhadap warna dari segi psikologis dan pemilihan warna yang digunakan dalam desain.
Pengertian Warna
Warna adalah salah satu unsur keindahan dalam seni dan desain selain unsur-unsur visual lainnya seperti : garis, bidang, bentuk, baris (tekstur), nilai, ukuran. Wucius Wong (dalam Prawira, 1989:4) menyebutkan bahwa warna termasuk unsur yang nampak atau visual. Ia mengatakan pula bahwa warna dapat membedakan sebuah bentuk dari sekelilingnya.
Warna adalah sebuah unsur utama dalam design. Setiap designer wajib memahami ini, baik web designer, graphic designer, bahkan arsitek. Kesesuaian dan komposisi warna sangat menentukan sebuah karya enak dilihat atau tidak. Website yang dilengkapi dengan berbagai fitur, efek, dan script-script yang cukup rumit akan menjadi sia-sia jika tidak didukung oleh komposisi warna yang harmonis dan memadai.
Dalam mendesain rumah, warna merupakan alat dekorasi yang paling berpengaruh. Warna menciptakan mood, suasana dan dampak. Warna biasanya menjadi hal pertama yang kita perhatikan  ketika melihat sebuah ruangan. Warna dapat memberi semangat dan membantu kita bersantai. Warna juga dapat menghadirkan kecerahan dalam suatu wilayah yang gelap dan suram (Jill, 2004:22).
Sifat Warna
Dari hasil percobaan para ahli ilmu jiwa serta peneliti-peneliti, yang dikenakan kepada manusia sifat warna digolongkan menjaddi dua golongan ekstrim. Dua golongan tersebut yakni warna panas dan warna dingin, yang termasuk golongan warna panas adalah keluarga merah atau jingga yang memiliki sifat dan pengaruh hangat, segar, menyenangkan, merangsang dan bergairah. Sedangkan yang termasuk golongan dingin adalah kelompok biru atau hijau, yang memiliki sifat dan pengaruh sunyi, tenang.
Warna dingin bila digunakan untuk mewarnai ruangan akan memberikan ilusi jarak, akan terasa tenggelam atau mundur. Warna tersebut terkesan sejuk, seakan menjauh dan dapat memberi ruang terkesan lebih luas. Sebaliknya warna hangat terutama keluarga merah seakan maju ke dekat mata, memberikan kesan jarak yang lebih pendek.
Karakteristik Warna
Setiap warna memiliki karakteristik tertentu. Yang dimaksud dengan karakteristik dalam hal ini adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas yang dimiliki oleh suatu warna. Hideaki Chijiiwa dalam bukunya “Color Harmony” membuat klasifikasi lain dari warna-warna. Iapun mengambil dasar dari karakteristiknya yaitu (dalam Prawira, 1989:51-52) :
Warna hangat  : merah, kuning, coklat, jingga.
Warna sejuk    : dalam lingkaran warna terletak dari hijau ke ungu melalui biru.
Warna tegas    : warna biru, kuning, putih, hitam.
Warna tua/berat: warna-warna tua yang mendekati warna hitam (coklat tua, biru tua).
Warna muda/ringan: warna-warna yang mendekati warna putih.
Warna tenggelam : semua warna yang diberi campuran kelabu.
Karakteristik warna-warna perlu dijadikan pertimbangan dalam aplikasi warna agar mencapai  tujuan yang diinginkan oleh pendesain. 
Warna dan Kepribadian Seseorang
Menurut penelitian ilmu jiwa, kesukaan seseorang terhadap warna dapat diasosiasikan  dengan sifat pembawaan orangnya. Sebagai contohnya, seseorang yang menyukai warna merah akan menunjukkan bahwa orang tersebut bersifat ekstrovert, pribadi yang integratif dengan dunia luar, mudah menyesuaikan diri dengan dunia, orang yang penuh dengan vitalitas, lebih dikuasai dengan dorongan hatinya.
Warna hijau sering menjadi pilihan orang yang mempunyai kedudukan sosial yang tinggi, mempunyai kesempatan banyak bicara, dan mempunyai selera makan yang tinggi. Orang yang menyukai warna hijau bila sedang dalam tekanan tidak akan merasa jadi hukuman yang asing, sebaliknya mereka akan merasa jalan ke luar dan mencari teman.
Faber Birren berpendapat (dalam Prawira, 1989:46-47) bahwa orang yangmempunyai sifat narcissist (mengagumi diri sendiri) pada umumnya menyukai warna biru kehijauan. Orang yang menyukai warna biru keunguan biasanya bersifat pemilih, sensitif, dan diskriminatif.
Sedangkan untuk orang yang menyukai warna biru mempunyai kepribadian integritas ke dalam. Di bawah tekanan orang yang menyukai warna biru akan menuju kepada pelarian tragis dari lingkaran.
Perlambangan Warna dan Penggunaannya Dalam Desain

Salah satu fungsi  warna dalam hal  psikologis yaitu dapat mempengaruhi suasana, perasaan, dan kepribadian manusia. Warna-warna tertentu dapat memberi pengaruh yang berbeda-beda. Pada abad ke 15 Leonardo da Vinci  memberikan warna utama yang fundamental yang disebut warna utama psikologik, yaitu merah, kuning, hijau, biru, hitam dan putih, lama sebelum ilmuwan memperkenalkan tentang warna. Berikut gambaran makna filosofis dari masing-masing warna (dalam Prawira, 1989:58-62) :
1)      Merah
Warna merah adalah warna terkuat dan paling menarik perhatian; bersifat agresif, perjuangan, nafsu, aktif, kemauan keras, keberanian, cinta, kebahagiaan, kekerasan, anarki.
Dalam desain warna merah kurang baik jika digunakan sebagai latar belakang karena sangat keras. Tetapi warna ini sangat bagus jika digunakan dalam aksen-aksen tertentu seperti judul. Jika ingin digunakan sebagai warna latar, merah sebaiknya dituakan atau justru dimudakan (yang kemudian menjadi pink) (Flendy : 2009)
2    Ungu
Karakteristik warna ini adalah sejuk, negatif, mundur, murung, menyerah, duka cita. Akan tetapi, dalam hal desain warna ini menimbulkan kesan agung. Ungu dipercaya dapat menimbulkan kesan mewah, kaya, dan terhormat. Ungu dipercaya dapat menimbulkan kesan 'sintetis' atau 'plastik', karena warna ini memanga jarang terdapat di alam. Warna ungu yang didekatkan dengan merah akan memunculkan kombinasi warna yang sangat kuat. Kombinasikan ungu dengan hitam jika ingin warna ini menjadi terlihat muda, atau kombinasikan dengan putih untuk menonjolkan kesan romantis.
3)      Biru
Warna ini mempunyai karakteristik sejuk, pasif, tenang, damai, produktif. Warna biru sangat populer dalam dunia desain, salah satu contohnya adalah corporate blue yang dijadikan lambang Microsoft hingga sekarang.
4)      Hijau
Warna hijau relatif lebih netral dibandingkan warna lain. Hijau mengungkapkan kesegaran, mentah, muda, belum dewasa, pertumbuhan, kehidupan dan pengharapan. Dalam dunia desain. Warna hijau sangat baik jika diletakkan sebagi penguat. Warna ini paling mudah ditangkap oleh mata, sehingga ia akan terlihat menonjol daripada warna-warna yang lain.
5)      Kuning
Kuning adalah warna cerah yang sering dikaitkan dengan matahari, karena itu sebagai kesenangan, keceriaan dan kelincahan. Kuning adalah warna yang paling sulit ditangkap oleh mata, sehingga warna ini justru tidak tampak jika terlalu dominan. Dalam desain, cukup gunakan warna kuning untuk aksen-aksen tertentu saja. Warna kuning yang terlalu dominan dapat membuat pembaca kehilangan fokusnya.
6)      Putih
Warna putih memiliki karakter positif, merangsang, cemerlang, ringan, sederhana, kepolosan, jujur, murni, ketulusan. Dalam dunia desain, putih menimbulkan kesan informatif, jelas, dan profesional. Warna putih sangat baik jika digunakan untuk website-website informatif seperti online magazine
7    Hitam
Warna hitam melambangkan kegelapan, ketidak hadiran cahaya, menandakan kekuatan yang gelap, lambang misteri. Warna hitam juga menunjukkan sifat-sifat yang positif, tegas, formal dan kuat. Warna hitam biasanya digunakan untuk website dengan misi-misi 'garis keras' seperti pergerakan sosial, seni, maupun musik.

Daftar Pustaka
Blake, Jill. 2006. First Home Dekorasi Rumah. Penerbit Erlangga.
Flendy. 2009. “Warna Dalam Website”. http://www.gravisware.com/tutorial/90-warna-dalam-website.html diakses tanggal 23 Februari 2012
Prawira, Sulasmi Darma. 1989. Warna  Sebagai Salah Satu Unsur Seni & Desain. Jakarta.

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ada setumpuk harapan yang disandarkan kepada pendidikan. Orang tua selalu berharap, mampukah pendidikan mencetak generasi yang memiliki nilai moral yang kuat. Sebuah keinginan yang boleh jadi terdengar berlebihan, mengingat untuk membentuk nilai dan moral merupakan suatu pekerjaan yang tidaklah mudah. Banyak kalangan yang menilai bahwa pendidikan nasional dianggap gagal dalam membentuk nilai moral anak bangsa. Sekolah-sekolah belum seluruhnya berhasil melahirkan anak-anak yang berbudi pekerti yang luhur.
Tidak ada salahnya jika nilai dan moral tersebut dibentuk dan dibina sejak usia dini. Dalam UU No. 23 Tahun 2000 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut (Pasal 1 butir 14).
Apabila usia dini tidak dimanfaatkan dengan menerapkan pendidikan dan penanaman nilai serta sikap yang baik tentunya kelak ketika ia dewasa nilai-nilai moral yang berkembang juga nilai-nilai moral yang kurang baik. Oleh karena itu pendidikan anak usia dini adalah investasi yang sangat mahal harganya bagi keluarga dan juga bangsa. Salah satu bentuk usaha untuk mengembangkan nilai dan moral anak yang akan dibahas yakni melalui pembelajaran kooperatif.

B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana perkembangan nilai dan moral pada anak TK?
b.      Bagaimana pengembangan nilai dan moral melalui pembelajaran kooperatif pada anak TK?


BAB II
PEMBAHASAN

a.       Perkembangan  nilai dan moral pada anak TK
Nilai (value) dan moral merupakan wujud dari ranah afektif serta berada dalam diri seseorang. Secara utuh dan bulat nilai merupakan suatu sistem dimana aneka jenis nilai (nilai keagamaan, sosial budaya, ekonomi, hukum, etika, dan lain-lain) berpadu menjadi satu kesatuan serta saling meradiasi (mempengaruhi secara kuat) sebagai suatu kesatuan yang utuh (Yudha S, 2005 : 175).
Berbicara mengenai nilai dan moral, orang sering melihat dari dua sisi yang berbeda, yakni baik dan buruk. Dalam konteks pendidikan nilai menjadi sebuah refleksi dari nilai-nilai masyarakat yang mengajari nilai-nilai tersebut bagi peserta didik. Artinya pendidikan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan nilai-nilai positif yang terefleksikan dalam pola kehidupan sosial kemasyarakatan.
Pada usia Taman Kanak-kanak anak telah memiliki pola moral yang harus dilihat dan dipelajari dalam rangka pengembangan moralitasnya. Orientasi moral diidentifikasikan dengan moral position atau ketetapan hati, yaitu sesuatu yang dimiliki seseorang terhadap suatu nilai moral yang didasari oleh cognitive motivation aspects dan affective motivation aspects.
Menurut John Dewey tahapan perkembangan moral seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral, conventional dan autonomous. Anak Taman Kanak-kanak secara teori berada pada fase pertama dan kedua. Oleh sebab itu, guru diharapkan memperhatikan kedua karakteristik tahapan perkembangan moral tersebut. Sedangkan menurut Piaget, seorang manusia dalam perkembangan moralnya melalui tahapan heteronomous dan autonomous.
            Nilai dan moral perlu ditanamkan pada anak sejak dini, karena anak usia dini dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia. Ia belum mengetahui tata krama, sopan santun, aturan, norma, etika, dan berbagai hal lain yang terkait dengan kehidupan duniawi. Usia dini merupakan masa bagi seorang anak untuk belajar berkomunikasi dengan orang lain serta memahaminya. Oleh karena itu seorang anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang kehidupan dunia dan segala isinya. Selain itu, TK sebagai suatu insitusi formal dalam melakukan pendidikan untuk anak usia dini juga bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik atau motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
Perkembangan moral dan etika pada diri anak Taman Kanak-kanak dapat diarahkan pada pengenalan kehidupan pribadi anak dalam kaitannya dengan orang lain. Misalnya, mengenalkan dan menghargai perbedaan di lingkungan tempat anak hidup, mengenalkan peran gender dengan orang lain, serta mengembangkan kesadaran anak akan hak dan tanggung jawabnya.
Puncak yang diharapkan dari tujuan pengembangan moral anak Taman Kanak-kanak adalah adanya keterampilan afektif anak itu sendiri, yaitu keterampilan utama untuk merespon orang lain dan pengalaman-pengalaman barunya, serta memunculkan perbedaan-perbedaan dalam kehidupan teman disekitarnya.
Faktor-faktor yang mampengaruhi perkembangan nilai dan moral anak TK:
Lingkungan sangat dominan dalam menentukan perkembangan nilai dan moral dari lingkungannya, terutama dari orang tuanya. Anak dapat belajar untuk mengenal nilai-nilai dan moral sesuai dengan nilai dan moral yang diyakinnya. Menurut Yusuf (2004) dalam Yudha Saputra (2005 : 178) bahwa beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan nilai dan moral anak TK, diantaranya sebagai berikut :
1.      Konsisten dalam mendidik anak, artinya orang tua harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak.
2.      Sikap orang tua dalam keluarga dapat mempengaruhi perkembangan nilai dan moral anak, yaitu melalui proses peniruan. Sikap orang tua yang keras atau otoriter cenderung melahirkan sikap disiplin. Sedangkan sikap acuh tak acuh cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggung jawab.
3.      Penghayatan dan pengalaman agama yang dianut orang tua merupakan panutan atau teladan bagi anak.  Orang tua yang menciptakan iklim yang agamis, dengan cara memberikan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak.
4.      Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma artinya orang tua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, maka mereka harus menjauhkan dirinya dari perbuatan bohong.
Dalam menanamkan nilai moral pada anak harus dilakukan beberapa pendekatan. Adapun beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam penanaman nilai moral pada anak usia dini menurut Dwi Siswoyo dkk, (2005:72-81) dalam (Sri Purwanto, www.sman1prambanan.sch.id/karyatulis_artikel) adalah indoktrinasi, klarifikasi nilai, teladan atau contoh, dan pembiasaan dalam perilaku.
a.       Indoktrinasi
Dalam kepustakaan modern, pendekatan ini sudah banyak menuai kritik dari para pakar pendidikan. Akan tetapi pendekatan ini masih dapat digunakan. Menurut Alfi Kohn, dalam Dwi Siswoyo (2005:72) menyatakan bahwa untuk membantu anak-anak supaya dapat tumbuh menjadi dewasa, maka mereka harus ditanamkan nilai-nilai disiplin sejak dini melalui interaksi guru dan siswa. Dalam pendekatan ini guru diasumsikan telah memiliki nilai-nilai keutamaan yang dengan tegas dan konsisten ditanamkan kepada anak. Aturan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan disampaiakan secara tegas, terus menerus dan konsisten. Jika anak melanggar maka ia dikenai hukuman, akan tetapi bukan berupa kekerasan.
b.      Klarifikasi Nilai
Alam pendekatan klarifikasi nilai, guru tidak secara langsung menyampaikan kepada anak mengenai benar salah, baik buruk, tetapi siswa diberi kesempatan untuk menyampaiakan dan menyatakan nilai-nilai dengan caranya sendiri. Anak diajak untuk mengungkapkan mengapa perbuatan ini benar atau buruk. Dalam pendekatan ini anak diajak untuk mendiskusikan isu-isu moral.Pertanyaan yang muncul, apakah pendekatan ini dapat digunakan untuk anak TK? Ternyata jawabannya dapat, karena anak TK yang berumur 6 tahun berada dalam masa transisi ke arah perkembangan moral yang lebih tinggi, sehingga mereka perlu dilatih untuk melakukan penalaran dan keterampilan bertindak secara moral sesuai dengan pilihan-pilihannya (Dwi Siswoyo (2005:76).
c.       Teladan atau Contoh
Anak TK mempunyai kemampuan yang menonjol dalam hal meniru. Oleh karena itu seorang guru hendaknya dapat dijadikan teladan atau contoh dalam bidang moral. Baik kebiasaan baik maupun buruk dari guru akan dengan mudah dilihat dan kemudian diikuti oleh anak. Figur seorang guru sangat penting utuk pengembangan moral anak. Artinya nilai-nilai yang tujuannya akan ditanamkan oleh guru kepada anak seyogyanya sudah mendarah daging terlebih dahulu pada gurunya. Menurut Cheppy Hari Cahyono (1995 : 364-370) guru moral yang ideal adalah mereka yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orang lain dalam melakukan refleksi.Dalam pendekatan ini profil ideal guru menduduki tempat yang sentral dalam pendidikan moral. Banyak para ahli yang berpendapat dalam hal ini, diantaranya Durkheim, John Wilson dan Kohlberg. Durkheim, misalnya ia berpendapat bahwa belajar adalah satu proses sosial yang berkaitan dengan upaya mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga mereka dapat tumbuh selaras dengan posisi, kadar intelektualitas, dan kondisi moral yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya (Dwi Siswoyo, 2005:76). Sementara, Kohlberg berpendapat bahwa tugas utama guru adalah memberi kontribusi terhadap proses perkembangan moral anak. Tugas guru disini adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berpikir, mempertimbangkan dan mengambil keputusan.
d.       Pembiasaan dalam Perilaku
Kurikulum yang berlaku di TK terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten. Jika anak melanggar segera diberi peringatan.

b.      Pengembangan nilai dan moral melalui pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu metode dapat digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk melahirkan anak didik yang lebih berakhlak. Penanaman nilai dan moral sejak usia dini harus diupayakan melalui berbagai upaya guru, sehingga saat memasuki usia remaja dan dewasa nilai dan moral sudah melekat dalam dirinya menjadi sebuah kebiasaan.
Pembelajaran kooperatif benyak digunakan pada pembelajaran anak usia dini karena dianggap sesuai untuk melatih sosial dan kemampuan bekerja sama. Hal tersebut sesuai dengan pendapat John Dewey, ahli filsafat dan pendidikan dari Amerika Serikat (1859-1952) percaya bahwa pembelajaran terpadu (holistic dan integrative) mampu membuahkan hasil yang optimal. Interaksi sosial mampu mendorong tumbuhnya minat dan semangat belajar untuk meraih ilmu dan keterampilan (cooperative learning).
Oleh karena itu, kehidupan yang cenderung individualis perlu di antisipasi dengan mengasah rasa tanggung jawab bersama dan menumbuhkan empati sosial. Untuk itu pola cooperative learning (belajar bekerja sama) diterapkan.
Pembelajaran kooperatif merupakan upaya metodologis atau media pengajaran yang mengangkat kerja kelompok ke dalam konteks kelas. Simulasi pembelajaran nilai dan moral yang mendekati keadaan yang sebenarnya melalui keadaan yang serupa namun lebih sederhana. Melalui pembelajaran kooperatif ini anak TK diajak memasuki dunia kerja kelompok dengan suasana yang diharapkan dan secara tidak langsung perilakunya dibina dan dikembangkan oleh guru.
Menurut Thompson, et al. (1995), Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Kegunaan lain dari pembelajaran kooperatif ini bagi anak TK, yakni :
a)      Untuk memotivasi anak akan sesuatu,
b)      Untuk melibatkan siswa dalam KBM/PMB melalui suasana kerja kelompok,
c)      Memberi kesempatan untuk penerapan pengetahuan dan perbendaharaan dirinya,
d)     Melatih mempertajam segala potensi indra dan afeksinya,
e)      Melatih kerjasama antar potensi diri dan dengan sesama,
f)       Untuk menciptakan suasana yang sekaligus menanamkan misi nilai,
g)      Sebagai media yang sekaligus menanamkan misi nilai.
Johnson (1997) dalam Slamet Suyanto, (2005 : 149) menerangkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa belajar kooperatif akan mendorong siswa belajar lebih banyak materi pelajaran, merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk belajar, memiliki kemampuan yang baik untuk berpikir secara kritis, memiliki sikap positif terhadap objek studi, menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam aktivitas kerja sama, memiliki aspek psikologis yang lebih sehat, dan mampu menerima perbedaan yang ada diantara teman satu kelompok
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif ini dapat dilakukan guru pada pembukaan pembelajaran atau saat kegiatan inti pembelajaran, atau di akhir kegiatan belajar. Pembelajaran kooperatif ini sangat fleksibel dapat sebagai bahan pengayaan serta pemantapan pengembangan anak TK.
Kunci pelaksanaan pembelajaran kooperatif ini berada pada guru TK itu sendiri. Khususnya kemantapan kejelasan guru akan target nilai harapannya. Kemahiran meragamkan berbagai teknik pembelajaran kooperatif akan sangat menentukan keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif tidak memerlukan alat dan biaya yang besar, sebab alat untuk pembelajaran ini dapat menyesuaikan dengan kondisi setempat. Yang paling penting yakni adanya kemauan atau kreativitas guru dan anak untuk bersama-sama melangsungkan kegiatan belajar mengajarnya. Berikut beberapa teknik yang dapat digunakan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kemampuan moral dan nilai anak TK :

Teknik Keliling Kelas dalam Meningkatkan Nilai dan Moral
Keterampilan yang diharapkan
Teknik dan Prosedur
Nilai dan Moral :
1.    Anak dapat berdoa
2.    Anak dapat mengenal ibadah secara sederhana
Teknik Keliling Kelas :
·         Guru membagi anak dalam tiga kelompok yang masing-masing terdiri dari tiga anak dan memberi mereka nomor 1, 2, dan 3.
·         Semua anak di masing-masing kelompok melakukan kegiatan berdoa dan mengenal ibadah secara sederhana.
·         Setelah semua kegiatan selesai, masing-masing kelompok memamerkan hasil kerja mereka. Hasil dari kemampuan berdoa adalah setiap kelompok membaca doa yang sudah guru tentukan serta memperagakan tata cara pelaksanaan ibadah sholat.
·         Masing-masing kelompok berjalan keliling kelas dan mengamati apa yang dibacakan dan dilakukan oleh kelompok-kelompok lain.

Alur teknik pembelajaran keliling kelas dalam pembelajaran kooperatif :