Snippet

Tipografi
Tipografi adalah seni merancang huruf, kata, paragraf, dan bagaimana mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Salah satu pengetahuan di bidang tipografi adalah anatomi huruf. Anatomi huruf ialah bagian-bagian penyusun huruf. Setiap jenis font memiliki anatominya masing-masing dan tentunya ini akan memiliki dampak psikologis dan komunikasi yang berbeda-beda pula bagi pembacanya. Setiap aspek pembentuk anatomi font juga menentukan karakter dari font. (Joddie, 2010).
Dalam desain komunikasi visual, tipografi dikatakan sebagai visual language, yang berarti bahasa yang dapat dilihat. Tipografi adalah salah satu sarana untuk menterjemahkan kata-kata yang terucap ke halaman yang dapat dibaca (Hyuga, 2011).
Tipografi bisa menjadi fokus ide awal komunikasi grafika dengan huruf dijadikan sebagai alat visualisasi yang efektif. Huruf yang artistik dapat memperkuat pesan dan kesan dengan segala kemungkinan pendekorasian. Hal yang perlu diingat ialah bahwa hasil komunikasi grafis secara keseluruhan bisa menjadi tidak maksimal karena ketidakpastian desainer terhadap tipografi.
Anatomi Huruf

Setiap bentuk huruf memiliki keunikan fisik yang dapat membedakan antara huruf satu dengan huruf yang lainnya. Korelasi komponen visual satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan. Mengenal dan memahami anatomi huruf dapat menjadi langkah awal mempelajari tipografi.
Setiap huruf memiliki organ atau komponen visual, sebagaimana dikenal ada 25 huruf mulai dari A-Z, yang mempunyai anatomi berbeda satu sama lain, baik tinggi, lebar maupun tebal tipisnya. Huruf dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu huruf besar (upper case atau capital letter) dan huruf kecil (lower case). Huruf juga dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu huruf berkait (serif), huruf tak berkait (sanserif) dan huruf latin (script) (Pujiriyanto, 2005:54).

Ditinjau dari sudut geometri, garis dasar yang mendominasi struktur huruf dibagi dalam 4 kelompok besar, yaitu :
1.      Kelompok garis tegak datar (E, F, H, I, L).
2.      Kelompok garis tegak miring (A, K, M, N, V, Z, X, Y, W).
3.      Kelompok garis tegak lengkung (B, D, G, J, P, R, U).
4.      Kelompok garis lengkung (C, O, Q, S).
Ditinjau hukum persepsi teori Gestalt, huruf memiliki dua ruang dasar, yaitu figure dan ground. Ruang negatif dari seluruh huruf dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1.      Ruang negatif bersudut lengkung (B, C, D, T, G, O, P, Q, R, S, U).
2.      Ruang negatif bersudut persegi empat (E, F, H, I, L, T).
3.      Ruang negatif bersudut persegi tiga (A, K, M, N, V, W, X, Y, Z).
Huruf juga dapat dikelompokkan menjadi lima tipe, yaitu :
1.      Huruf Tak Berkait (sans serif)
Bentuk huruf yang tidak memiliki kait, bertangkai tebal, sederhana, dan lebih mudah dibaca. Ciri lain jenis huruf ini adalah tidak memiliki stroke (garis-garis yang membentuk suatu huruf). Ujungnya bisa berbentuk tumpul atau tajam. Sifat huruf ini kurang formal, lebih hangat dan bersahabat. Sans-serif sangat cocok untuk screen-font (untuk tampilan di layar monitor) karena tajam dan gampang dibaca. Bentuk huruf sans-serif yang paling populer adalah Helvetica dan Arial.
AaDd
2.  Huruf Berkait (serif)
Bentuk huruf yang memiliki kait, dengan ketebalan yang kontras. Jenis huruf ini (typefaces) dengan stroke menghiasi jenis huruf ini. Jenis ini merupakan huruf yang formal. Serif mengekspresikan organisasi dan intelektualitas. Sangat anggun dan konservatif. Contoh paling umum adalah Times.

Jenis-jJenis serif
Serif tiap jenis huruf pun dapat berbeda-beda. Huruf-huruf masa lama (Old Style) seperti Garamond dan huruf-huruf masa transisi (Transitional) seperti Times New Roman misalnya, memiliki tangkai yang sudutnya lengkung. Sementara pada huruf-huruf masa modern seperti Bodoni, tangkainya bersudut siku. Ada lagi yang bersudut siku pula, tapi relatif tebal/tinggi. Contohnya Egyptian. Tipe serif seperti Egyptian kadang disebut slab serif. Beberapa huruf unik tertentu memiliki tangkai serif negatif, yaitu tangkai yang masuk ke sisi dalam kaki sehingga ujung kaki nampak lebih kecil dari batang kakinya (Hyuga, 2011).
Times New Roman
3.      Huruf Tulis atau Latin (script)
Bentuk huruf yang ditulis dengan tangan, kontras tebal dan tipisnya sedikit, saling berhubungan dan mengalir. Bentuk huruf yang menyerupai tulisan tangan. Jenis huruf ini juga sering disebut Kursif (cursive). Memberikan kesan anggun, sophistication, dan sentuhan pribadi.
Tipografi
4.      Dekoratif (decorative)
Bentuk huruf yang sangat rumit desainnya. Bentuk huruf ini akan sangat memusingkan jika dipakai sebagai body text, dan hanya cocok untuk dipakai (secara terbatas) untuk headline. Font decorative bisa membuat efek respons yang berbeda. Jenis decorative biasanya paling cocok digunakan untuk judul, dan lebih baik jangan digunakan sebagai body text atau body copy.
AaBb

5.      Monospace
Setiap huruf yang berjenis monospace mempunyai jarak atau lebar yang sama setiap hurufnya. Huruf W dan I mempunyai ruang yang sama. Contoh huruf monospace adalah Courier. Huruf pada mesin ketik juga merupakan contoh huruf monospace. Jenis monospace banyak digunakan oleh programmer untuk coding dan juga untuk preformatted text.
ABCabc
Pengukuran Ruang Tipografi dan Spasi Huruf
Tiga dasar pengukuran dalam tipografi adalah point (pt) untuk mengukur tinggi huruf, pica untuk mengukur panjang baris, dan unit untuk  pengukuran dari lebar per satuan huruf serta jarak antar huruf. Perhitungan unit banyak digunakan dalam teknologi phototypesetting dan digital composition untuk mendapatkan hasil cetak yang tajam dan presisi.
1.      Jarak Antarhuruf
Pengukuran jarak antarhuruf (kerning) dalam phototypesetting dan digital composition dihitung dengan sistem unit. Sistem ini tidak memiliki acuan pengukuran yang tetap, artinya unit memiliki nilai yang berbeda-beda, bergantung pada sistem yang digunakan.
Salah satu hal yang menentukan tingkat keterbacaan dalam susunan huruf menjadi suatu kata, dari kata menjadi kalimat, jarak antara huruf yang satu dengan lainnya merupakan faktor penting. Jenis huruf yang saling berdekatan, penentuan spasinya harus dipertimbangkan.
2.      Jarak Antarkata
Teknik tradisional yang digunakan untuk pengukuran ruang jarak antarkata adalah penyisipan potongan metal yang diletakkan di antara huruf yang satu dan yang lain. Potongan metal ini disebut quad. Sebuah quad berbentuk persegi empat yang merupakan kotak sebesar ukuran huruf. Quad memiliki satuan yang disebut sebagai em.
3.      Jarak Antarbaris
Pengukuran leading menggunakan metal yang disisipkan di antara baris. Besar kecilnya nilai leading tidak berpengaruh kepada besar kecil huruf, namun mempengaruhi kerapatan antarbaris (grayness).
Karakteristik Huruf
Karakteristik huruf merupakan watak atau kekhasan huruf dari A-Z. Huruf dapat dikembangkan, berakar pada bentuk dasarnya (reguler) tetapi tetap memiliki kesinambungan bentuk. Pengembangan sebenarnya dapat menimbulkan perbedaan tampilan yang pada dasarnya dapat mengubah tiga dimensi, yaitu berat, proporsi, dan kemiringan.
v    Berat
Perubahan berat struktur bentuk dasar huruf terletak pada perbandingan antara tinggi huruf dengan lebar stroke. Dari beratnya, huruf dikelompokkan menjadi tiga, yaitu light, regular, dan bold.
v    Proporsi
Proporsi merupakan perbandingan antara huruf tercetak dengan lebar dari huruf itu sendiri. Pembagiannya adalah condensed, regular, dan extended.
v    Kemiringan
Sudut kemiringan huruf dari posisi semula (posisi vertikalnya) dikenal dengan istilah jenis huruf italic, untuk memberi penekanan terhadap kata penting maupun kata asing yang tidak terlalu panjang.
Pada waktu dua huruf atau lebih dikombinasikan maka akan menimbulkan kekontrasan akibat perbedaan tampilannya. Menurut Freddy Adiono (2000), kombinasi yang dapat menyebabkan kekontrasan adalah :
1.      Tebal-tipisnya huruf, menyangkut berat dan ringannya, tebal dan tipisnya, serta kesan kuat-lemahnya huruf.
2.      Besar-kecilnya huruf, terletak kepada besar kecil skala perbandingan ukuran dengan satu tipe keluarga huruf.
3.      Keras-lembutnya huruf, kekontrasan pada sensasi karena perbedaan tipe huruf.
4.      Lebar-sempitnya huruf, kekontrasan adalah ukuran horisontal huruf, jauh dekat, sempit ke lebar dan tinggi ke luas.
5.      Tegak-miringnya huruf, kekontrasan tetap dinamis, tegak lurus ke kaku dan berhenti menuju ke sesuatu.
6.      Padat konturnya huruf, kekontrasan berkait dengan penuh dan kosong, positif dan negatif, hitam ke putih, hidup dan mati.
7.      Padat bergeraknya huruf, menyangkut kekontrasan antara penuh dengan bagian-bagian, lengkap dan tidak lengkap, tenang dan kacau.
Selain itu masih ada seni lain di dalam  memodifikasi tampilan huruf. Huruf yang terdapat di dalam kalimat dapat disusun dengan rata kiri (left justification), rata kanan (flush justification), rata kiri dan kanan (justified), sumbu tengah (centered), mengarah ke dasar (concrete), tidak beraturan (asymmetric), garis bentuk (contour), arah keliling (round araund), bentuk (shape), tipe arah miring (inclined type), inisial (initial), dan tipe vertikal (vertikal type).

Daftar Pustaka
Akira, Hyuga. 2011. “Sejarah, Kajian & Klasifikasi Tipografi”. http://hyuga-akira.com diakses pada tanggal 28 Februari 2012.
Joddy. 2010. “Dasar-Dasar Tipografi dalam Web Design”. http://www.gravisware.com/tutorial/128-dasar-dasar-tipografi-dalam-web-design.html diakses pada tanggal 28 Februari 2012.
Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer. Yogyakarta : Penerbit ANDI



Tata Letak (Layout)
Memadukan unsur-unsur grafis merupakan sebuah seni tersendiri dalam menghasilkan media komunikasi visual yang komunikatif. Untuk menghasilkam media komunikasi visual yang komunikatif diperlukan sebuah pengorganisasian dan penataan yang tepat. Pengorganisasian dan penataan unsur grafis ini dilakukan berdasarkan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan tujuan dari pesan yang akan disampaikan. Dalam dunia grafis dikenal istilah Layout secara bahasa artinya adalah tata letak. Menurut salah satu teorinya, layout adalah usaha menyusun, menata atau memadukan unsur-unsur komunikasi grafis (teks, gambar, warna dan lain-lain) menjadi media komunikasi visual yang komunikatif, estetik dan menarik. Fungsi tata letak menurut Basuki dalam (Pujiriyanto, 2005:71) adalah untuk mencapai keharmonisan, nilai estetis, ekonomis, dan komunikatif”.
Basuki dalam (Pujiruyanto, 2005:72) membagi tahapan tata letak menjadi tiga, yaitu: 1) Membuat tata letak miniatur atau sketsa kecil (thumbnail), merupakan tahap perancangan dalam menentukan komposisi unsur-unsur yang akan ditempatkan, 2) Membuat tata letak kasar (abrupt lay out) merupakan tahapan rancangan yang sudah berwujud gambar dan teks, 3) Membuat tata letak komprehensif merupakan tahapan dimana unsur-unsur grafis sudah ditempatkan dengan benar dan siap untuk dicetak.
Peletakan setiap unsur tidak harus semuanya, yang terpenting adalah bagaimana format tata letak yang digunakan mampu mengorganisasikan unsur-unsur dengan baik, benar, dan komunikatif. Jenis tata letak yang umum digunakan adalah vertikal, horisontal, dan diagonal. Berikut ini contoh format tata letak dan karakteristiknya :
Format /
Menghasilkan ruang kosong terlalu banyak, kesannya sepi dan banyak informasi tidak termuat
Format \
Format L
Cukup dinamis, sirkulasi gerak cukup dan memiliki kesan pandangan terarah
Format L terbalik
Format Z
Cukup dinamis, sirkulasi gerak cukup, kesan pandangan sudah diarahkan.
Format Z terbalik
Format C
Menghasilkan keseimbangan dinamis dengan kesan pandangan terarah
Format C terbalik
Format 7
Menghasilkan sirkulasi ruang gerak cukup dengan kesan pandangan terarah
Format 7 terbalik
Format X
Menghasilkan efek padat, sempit, sirkulasi ruang kurang dan pandangan tidak terfokus


Kita dapat memilih format yang paling efektif dan sesuai dengan tujuan pembuatan media komunikasi visual. Peran desainer yaitu memilih dan menentukan format tata letak guna mengatasi persoalan-persoalan komunikasi produk dalam dunia bisnis, konsep-konsep pembelajaran dalam dunia pendidikan, gambar-gambar komunikatif untuk individu maupun organisasi.

Komposisi Tata Letak
Komposisi adalah usaha untuk mendapatkan keseimbangan bentuk dalam mengorganisasikan unsur-unsur terpenting dalam penciptaan karya seni dan atau komunikasi grafis yang harmonis, komunikatif, dan persuasif. Kaidah-kaidah komposisi yang harus diketahui :
1.      Proposisi (propotion), perbandingan ukuran yang digunakan untuk menentukan perbandingan yang tepat antara panjang dengan lebar antara gambar dengan bidang gambar.
2.      Keseimbangan (balance), kesamaan dari unsur-unsur tertentu yang berlawanan atau bertentangan.
3.      Irama atau ritme, adanya pengulangan dan gerakan yang bisa divisualisasikan dengan garis, tekstur, bidang, bentuk, maupun warna.
4.      Kesatuan (unity), seluruh unsur yang dipergunakan harus saling berhubungan dengan baik, mengandung makna dan menarik.
5.      Pusat perhatian (focus of interest), peletakan unsur yang menjadi perhatian utama atau paling dominan untuk disampaikan.
6.      Kontras (contras), perbedaan keadaan unsur-unsur atau antara organisasi unsur yang dapat dicapai dengan perbedaan tinggi-rendah, panas-dingn warna, termasuk cerah dan suramnya.
Selain kaidah-kaidah diatas, desainer perlu mempertimbangkan berat dan ringannya bidang. Keseimbangan bahkan dapat dicapai dengan bidang yang tidak selalu sama besarnya. Pembagian dapat saja berbeda tetapi keseimbangan masih mungkin didapatkan dari unsur lain, misalnya warna ataupun bentuk. Pembagian bidang yang sama terkadang bersifat kaku, statis, diam, tanpa irama, dengan nilai estetis yang rendah.


Tipe Layout Desain Web
Tata letak yang Anda pilih untuk website Anda adalah faktor yang menentukan bagaimana seimbang sebuah situs. Menempatkan elemen desain ringan dan berat dari suatu halaman web dengan benar adalah faktor utama dalam tata letak desain website. Sebuah situs web yang baik desain pedoman menawarkan perusahaan tentang bagaimana elemen-elemen yang berbeda pada sebuah website harus ditempatkan dan dalam format apa (Suadmin, 2010).
Pada dasarnya ada enam jenis tata letak desain website yang dapat diterapkan pada setiap halaman web. Biasanya pada website 3 dan lebih dari 3 jenis jenis tata letak digabungkan bersama-sama untuk menciptakan tata letak desain website yang sempurna. Berikut jenis layout dalam desain web:
1)      Tata letak simetris – Dalam simetri simetris tata letak dibentuk dari website dengan menempatkan pusat elemen yang berbeda sejajar atau salah satu sisi dari halaman web. Jika sisi kiri halaman berisi elemen desain berat, daripada keseimbangan dengan elemen desain yang sesuai di sisi kanan juga. Namun perlu pertimbangan bahwa elemen pada kedua belah pihak tidak boleh secara harfiah serupa. Simetri Lengkap dicapai ketika desain yang baik terpusat atau seragam dibagi secara horisontal dan vertikal. Jenis tata letak dapat dianggap salah satu formal dan seimbang.
2)      Tata letak asimetris – Sebagai istilah itu sendiri menunjukkan asimetris, unsur situs yang ditempatkan pada halaman web secara merata. Hal ini dapat di pusat, kiri atau kanan mana cara desainer suka untuk menempatkan elemen pada halaman. Layout asimetris yang dinamis dan dengan cara menghadap gerakan keseimbangan, ketegangan dapat dibuat, ekspresi juga dapat disampaikan kepada pengguna.
3)      Tata letak Isolative – Dalam tata letak isolative salah satu dari unsur-logo, simbol, gambar produk utama, gambar penting lainnya ditempatkan dalam ukuran yang lebih kecil pada halaman web. Hal ini dapat ditempatkan pada setiap ruang yang sesuai tergantung pada visibilitas dan faktor penggunaan.
4)      Tata letak dominatif – Berikut logo, simbol, gambar produk atau foto yang lain ditempatkan pada halaman web dalam ukuran diperbesar, sehingga faktor perhatian utama menarik.
5)      Tata letak radiasi – Isi situs web, gambar, simbol atau logo dapat disorot menggunakan sinar menarik atau efek berkedip, sehingga muncul sebagai bagian grabber perhatian dari halaman web.
6)      Tata letak Pengulangan – pengulangan Pada tata letak setiap elemen tunggal atau beberapa diulang dua kali atau lebih dari itu pada halaman web yang sama. Ini menekankan pada elemen tertentu yang perlu diulang untuk visibilitas lebih baik dan memegang kepentingan yang lebih besar.
   
Daftar Pustaka
Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer. Yogyakarta : Penerbit ANDI
Suadmin. 2010. “Aplikasi dan Tipe Layout Desain Website”. http://sumberdaya.web.id/2011/aplikasi-dan-tipe-layout-desain-website/ diakses tanggal 9 Maret 2012